Jumat, 13 Mei 2016

Stres dalam Kepemimpinan Pendidikan



STRES DALAM KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN



MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Kepemimpinan Pendidikan
Yang dibina oleh Bapak Drs. H. Kusmintardjo, M.Pd dan Bapak Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd.




Oleh:

AfifaLailatul K.                                  (130131613843)
Muh. BadrunAlwafi                           (130131600359)
























UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Januari 2015



KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah swt.yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada  kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Penyusunan makalah ini adalah salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Kepemimpinan Pendidikan.
Makalah ini dapat selesai dengan baik karena adanya bantuan dari pihak pembimbing yang membantu melalui bimbingan, dukungan, motivasi, dan doa, karena itu saya mengucapkan terimakasih kepada:
1.    Bapak Drs. H. Kusmintardjo, M.Pd  dan Bapak Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd selaku dosen pembimbing sekaligus dosen matakuliah Kepemimpinan Pendidikan.
2.    Dan kepada semua pihak yang membantu proses penyusunan makalah ini sehingga selesai dengan baik.
Kami menyadari akan adanya kekurangan di dalam penyusunan makalah ini, namun kami berharap kiranya penulisan makalah ini dapat diambil manfaatnya. Oleh karena itu kami menerima dengan lapang dada atas saran dan kritikan yang bersifat membangun. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.








Malang, 20 Januari 2015


i
             Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah................................................................................................ 2
1.3  Tujuan.................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Definisi Stres....................................................................................................... 3
2.2  Gejala Stres.......................................................................................................... 4
2.3  Faktor-faktor Penyebab Stres.............................................................................. 4
2.4  Cara Mengendalikan Stres Dalam Kepemimpinan Pendidikan........................... 5
2.5  Contoh Empiris Stres Dalam Kepemimpinan Pendidikan................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 10
DAFTAR RUJUKAN............................................................................................... 11














ii
 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
      Kepemimpinan merupakan bagian penting dari manajemen yaitu merencanakan dan mengorganisasi, tetapi peran utama kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan bukti bahwa pemimpin boleh jadi manajer yang lemah apabila perencanaannya jelek yang menyebabkan kelompok berjalan ke arah yang salah. Akibatnya walaupun dapat menggerakkan tim kerja, namun mereka tidak berjalan kearah pencapaian tujuan organisasi. Kepemimpinan berkaitan dengan proses yang mempengaruhi orang sehingga mereka mencapai sasaran dalam keadaan tertentu. Kepemimpinan telah digambarkan sebagai penyelesaian pekerjaan melalui orang atau kelompok dan kinerja manajer akan tergantung pada kemampuannya sebagai manajer. Hal ini berarti mampu mempengaruhi terhadap orang atau kelompok untuk mencapai hasil yang diinginkan dan ditetapkan bersama.
Tugas adalah kewajiban untuk melaksanakan dan wewenang adalah hak untuk bertindak.. Wewenang seorang pemimpin adalah hak untuk menggerakkan orang atau bawahannya supaya suka mengikutinya atau menjalankan tugas yang diperintah kepadanya. Kepengikutan timbul karena pemimpin mempunyai abhiga mika yaitu dapat menarik simpati dari orang lain, pradaya yaitu selalu bertindak bijaksana,; atma sampat yaitu bermoral dan berbudi pekerti yang luhur, Sakyasanmata, yaitu selalu bertindak teliti dan cermat.
Kepemimpinan merupakan salah satu kunci utama yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan efektivitas kerja dalam organisasi perusahaan. apabila pemimpin tidak dapat menjalankan dan mengkoordinir semua sumber daya yang ada di perusahaan maka akan menimbulkan masalah besar, karena dapat mengakibatkan sasaran yang telah ada ditetapkan perusahaan sulit untuk dicapai.
Masalah masalah yang dihadapi dapat menimbulkan stress pada pemimpin. Dikatakan stress jika pemimpin tidak mampu menjalankan dan mengambil suatu keputusan dari masalah yang dihadapi. Oleh karena itu harus ada suatu solusi yang dapat mengatasai masalah ster kepemimpinan ini.

1
 
1.     
2
Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud stress?
2.      Apa saja gejala-gejala terjadinya stes?
3.      Apa saja faktor penyebab stres ?
4.      Bagaimana dampak dan reaksi stres ?
5.      Bagaimana cara mengendalikan stres dalam Kepemimpinan Pendidikan ?
6.      Bagaimana contoh empiris stress dalam kepemimpinan pendidikan?

2.      Tujuan
1.      Mengetahui dan memehami definisi stres.
2.      Mengetahui dan memehami faktor penyebab stres.
3.      Mengetahui dan memehami dampak dan reaksi stres.
4.      Mengetahui dan memahami cara mengendalikan stres dalam Kepemimpinan Pendidikan
5.      Mengetahui dan memahami contoh empiris stres dalam kepemimpinan pendidikan?

















BAB II
PEMBAHASAN

2.6  Definisi Stres
Masalah stres dalam organisasi menjadi gejala yang penting sejak mulai timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Menurut Davis (1996:195) stres merupakan kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Sedangkan menurut Robbins (2003:376) stres menunjukkan suatu kondisi dinamika yang di dalamnya seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala, atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang diinginkan dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting.
Siagian (2007:300) menyatakan bahwa stres merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stres yang tidak diatasi dengan baik biasanya berakibat pada ketidakmampuan seseorang untuk berinteraksi secara positif dengan lingkungannya, baik dalam arti lingkungan pekerjaan maupun lingkungan luar lainnya. Hal ini berarti karyawan yang bersangkutan akan menghadapi berbagai gejala negatif yang akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan.
Menurut Cary Cooper dan Alison Straw (dalam https://shandy07.files.wordpress.com), orang yang sedang stres akan mengalami gejala-gejala sebagai berikut:
a.    Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, dan otot tegang.
b.   Perilaku, yaitu merasa bingung, cemas dan sedih, marah-marah, mudah salah paham, tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, serta gelisah.
c.    Intelektual, yaitu mudah lupa, pikiran kacau, mudah lupa, sulit konsentrasi, suka melamun, dll.
d.   Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun, ingkar janji, dan berbohong.


3
 
4
2.2 Gejala Stres
Gejala merupakan penampakan diri suatu sikap atau perasaan. Penampakan rasa senang bisa dalam bentuk tertawa, ceria, dan girang. Penampilan rasa tidak senang bisa dalam bentuk diam, murung, marah, dan lain-lain atau dapat juga dikatakan indikasi atau tanda-tanda dalam berbagai bentuk dari sesuatu yang abstrak. Menurut Seyle dalam Gitosudarmo (2000:51) ada 3 (tiga) tingkatan yang berbeda atau gejala dalam stres yaitu alarm (alarm), perlawana (resistance), dan peredaan (exhaustion). Pada tahap peringatan dini (alarm) ini merupakan awal reaksi tubuh terhadap adanya suatu tekanan atau stres. Reaksi awal pada umumnya terjadi dalam bentuk suatu pesan biokimia yang ditandai dengan gejala seperti otot menegang, tekanan darah meningkat, denyut jantung meningkat, danlain sebagainya. Pada tahap perlawanan (resistance) ini ditandai dengan adanya gejala ketegangan, kegelisahan, kelesuan, dan lain sebagainya yang menandakan individu itu sedang melakukan perlawanan terhadap stres. Sedangkan pada tahap peredaan (exhaustion) ini ditandai dengan runtuhnya tingkat perlawanan. Pada tahap ini akan muncul berbagai macam penyakit seperti: tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner, penyakit gula darah, dan sebagainya.
2.3 Faktor Penyebab Stres
Stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respon stres. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya. Istilah stressor diperkenalkan pertama kali oleh Selye (dalam Rice, 2002). Menurut Lazarus & Folkman (1986) stressor dapat berwujud atau berbentuk fisik (seperti polusi udara) dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial (seperti interaksi sosial). Pikiran dan perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor. Dalam setiap lembaga, instansi, ataupun lingkungan pekerjaan pasti ada saja faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengalami stress, berikut ini beberapa kondisi kerja yang sering menyebabkan stres secara umum:
a.    Beban kerja yang terlalu berat,
b.   Tekanan atau desakan waktu,
c.    Supervisi berlebihan,
d.   Umpan balik tidak memahami,
e.    Konflik pribadi antar anggota kelompok,
f.   
5
Frustasi atau kecewa
g.   Hukuman dan penghargaan yang tidak memadai,
h.   Gambaran masa depan yang mengkhawatirkan
Selain itu, stres juga dapat berasal dari faktor lingkungan sekitar, organisasional, dan dari dalam individu itu sendiri sebagai berikut:
a.    Ketidakpastian lingkungan internal maupun eksternal, berupa bidang ekonomi, politik, kekuasaan, dan perkembangan teknologi.
b.   Faktor organisasional, seperti tuntutan tugas atau pekerjaan, peranan, struktur organisasi, serta kepemimpinan.
c.    Faktor dalam diri individu, seperti masalah keluarga, kemiskinan, perceraian, perbedaan persepsi, serta ada tidaknya dukungan sosial.
2.4  Cara Mengendalikan Stres dalam Kepemimpinan Pendidikan
Cara terbaik untuk mengendalikan stres adalah dengan mengetahui penyebab-penyebabnya dan berusaha untuk menghilangkannya, misalnya memindahkan pegawai untuk penyegaran bila yang bersangkutan telah merasa jenuh dengan pekerjaannya sehingga menimbulkan stres berat.Hal tersebut bisa juga dilakukan dengan menyediakan lingkungan kerja yang baru, atau dengan latihan dan pengembangan karir.
Gitosudarmo (dalam Mulyasa, 2012: 279) mengemukakan cara penanggulangan stres secara individual dan organisasi sebagai berikut:
a.    Secara Individual:
1.   Meningkatkan keimanan
2.   Meditasi dan pernapasan
3.   Olahraga
4.   Relaksasi
5.   Dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman
6.   Menghindari kebiasaan rutin yang membosankan
7.   Terapi

b.   Secara Organisasi:
1.   Memperbaiki iklim organisasi
2.   Memperbaiki lingkungan fisik
3.  
6
Menyediakan sarana olahraga
4.   Melakukan analisis dan kejelasan tugas
5.   Meningkatkan partisipasi dalam pengambilan keputusan
6.   Memperkaya desain tugas
7.   Mengurangi konflik dan meklarifikasi peran organisasional
8.   Rencana dan pengembangan jalur karir dan menyediakan konseling.
Stres dapat bersifat positif, memberikan motivasi, memberikan rangsangan, membangkitkan gairah, dan meningkatkan pencapaian tujuan.Berbagai hasil penelitian menemukan bawa stres pada tingkat bawah sampai moderat menunjukkan bahwa pekerja termotivasi untuk menungkatkan kinerjanya, sehingga stres pada tingkat tertentu dapat menjadi stimulus atau dorongan untuk berprestasi.
Sebagai Seorang kepala sekolah harus melatih diri dalam 3 hal, yakni mengelola waktu, mengembangkan energi, dan memecahkan masalah. Berikut penjelasannya:
a.    Mengelola Waktu
Kepala sekolah harus berlatih dan membiasakan diri untuk menghargai waktu, karena sering terjadi banyak waktu tersita hanya untuk beberapa kegiatan tertentu. Waktu bagi kepala sekolah itu jarang dipakai untuk dirinya sendiri, ia harus mampu berbagi waktu dengan para peserta didik, tenaga pendidik, orang tua peserta didik, tokoh masyarakat, dinas pendidikan, organisasi profesi, dan lembaga swadaya masyarakat, bahkan mungkin tamu tak diundang yang sering datang ke sekolah. Sebagai kepala sekolah yang professional, harus berlatih dan dapat membiasakan diri mengelola waktu sedemikian rupa, agar seluruh tugas dapat diselesaikan secara proporsional, tepat waktu, dan tepat sasaran.Disiplinkan diri untuk istirahat teratur, dan bersantailah dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan.
b.   Mengembangkan Energi
Kepala sekolah juga sering terpilih menjadi pegurus organisasi kemasyarakatan, yang harus mencurahkan energi untuk memenuhi berbagai macam harapan, misalnya memberikan smabutan, mencari pemecahan masalah, merancang penelitian, bahkan melakukan ceramah keagamaan.Dalam hal ini, kepala sekolah professional harus mengembangkan energi yang positif untuk menumbuhkan kreativitas diri, stabilitas emosi, dan keajegan spiritual.
c.    Memecahkan Masalah
7
Kepala sekolah harus mampu berperan sebagai penyangga di sekolahnya, harus menyerap dan memahami penderitaan serta masalah yang dialami oleh tenaga kependidikan agar mereka dapat melaksanakan tugas dengan baik. Sikap empatik dan merasakan masalah yang sedang dihadapi oleh para tenaga kependidikan di sekolah, barangkali merupakan alternatif untuk memecahkan masalah, menjaga hubungan baik, dan memberi teladan kepada seluruh tenaaga kependidikan dalam memecahkan masalah akan amembantu meringankan beban mereka dan meningkatkan kinerjanya. Dalam hal ini perlu dibiasakan untuk memberikan kesempatan, dan perlakuan yang sama kepada seluruh tenaga kependidikan, jangan membedakan mereka karena predikat sebelumnya. Ciptakan susasana yang menyenangkan diantara tenaga kependidikan agar mereka memiliki keberanian untuk mengungkapkan setiap masalah dan mencari solusinya.

2.5 Contoh Empiris Stress Dalam Kepemimpinan Pendidikan
Kami mewawancarai Ibu Murtiyah, S.Pd, M.M, Kepala Sekolah dari SDN Kotalama 4 Malang yang beralamat di Jl. Muharto no. 5 Malang. Permasalahan di sekolah yang menyebabkan stres adalah kebanyakan dari kedatangan dan ketepatan waktu guru dan tenaga administrasi sekolah yang masih sering sekali tidak ontime. Sehingga ibu kepala sekolah seringkali merasa stres terhadap kelakuan para guru dan tenaga admisitrasi tersebut. Dari hal ini kepala sekolah berkali-kali memperingatkan agar datang ke sekolah tepat waktu, kemudian menanyakan alasan mengapa sampai datang terlambat ke sekolah. Selain itu kepala sekolah SDN Kotalama 4 ini juga sudah merapkan teknologi Fingerprint agar tidak ada guru maupun tenaga administrasi yang curang dalam presensi kehadiran dan ketepatan waktu. Selain permasalahan ketidaktepatan waktu di atas, penjaga sekolah SDN Kotalama 4 juga tidak menjalankan tugasnya sebagai penjaga sekolah dan menjaga kebersihan lingkungan sekolah, kepala sekolah hanya mengingatkan saja tanpa ada sanksi yang diberikan.
Ibu Murtiyah, S.Pd, M.M mempunyai cara sendiri untuk mengendalikan stresnya, apabila ada bawahan yang melanggar aturan, beliau langsung mengingatkan secara tegas pada bawahan yang melanggar agar tidak mengulangi kesalahannya, kemudian beliau juga mengklarifikasi agar tidak terjadi salah paham antara guru dengan kepala sekolah. Selain itu beliau juga mengingatkan kembali pada saat rapat, agar guru dan tenaga admisitrasi benar-benar mematuhi peraturan yang telah dibuat dan diterapkan, selain itu guru adalah contoh bagi peserta didiknya.
8
Kepala sekolah termasuk jabatan yang sibuk diantara guru, selain pekerjaan di sekolah, masih banyak juga pekerjaan di luar sekolah yang menanti, seperti misalnya rapat mendadak, penilaian guru yang juga harus dikumpulkan tepat waktu, dll.Untungnya beliau selalu menikmati semua pekerjaannya sebagi kepala sekolah. Beliau menjalankan tugas dengan senang hati dan ikhlas, selain itu beliau juga selalu dibantu oleh Tata Usaha dan teman-teman guru untuk menyelesaikan tugasnya, apabila masih ada tugas yang belum selesai beliau membawanya pulang dan diselesaikan di rumah, beliau sudah mampu mengatur antara waktu istirahat dan megerjakan tugas-tugasnya. Di samping itu, Tata Usaha sekolah juga berperan penting mengatur jadwal kepala sekolah untuk acara-acara maupun utgas-tugas di luar skolah, sehingga beliau mampu menjalankan tugas dengan baik dan ikhlas.
SDN Kotalama 4 sudah menggunakan Kurikulum 2013, baik guru maupun kepala sekolah harus berperan aktif dalam hal ini, karena seperti yang diketahui, K13 termasuk sedikit rumit dalam proses penilaian maupun pembelajarannya. Banyak dari guru maupun tenaga administrasi yang menyampaikan keluhannya mengenai K13 yang sedikit rumit, selain itu guru juga mengeluh soal siswanya yang belum mampu menguasai materi dengan baik. Seperti siswa kelas 1 yang hingga smester genap ini belum mampu membaca dengan baik, kendala ini juga didapatkan dari orangtua murid, kebanyakan orangtua murid tidak bisa membaca maupun menulis dengan baik, hal ini juga mempengaruhi proses belajar anak, mereka hanya belajar membaca di sekolah saja sedangkan di rumah tidak ada yang mampu mengajari mereka membaca, sehingga guru-guru sedikit mengalami kesulitan dalam mengajari peserta didik yang masih belum bisa membaca dengan baik. Pihak tenaga administrasi banyak yang mengeluhkan mengenai IT yang belum mampu dikuasai karena mereka banyak yang sudah berumur dan merasa kesulitan saat mempelajari IT yang memang sangat rumit saat baru mengenalnya. Dari sini guru maupun tenaga admistrasi kehilangan semangatnya untuk belajar mengenai IT, sehingga mereka masih menggunakan cara manual untuk merekap nilai dari peserta didik.
Stres tidak hanya menghampiri kepala sekolah, guru, maupun tenaga administrasi saja tetapi juga pada peserta didik, terutama yang akan menghadapi ujian kelulusan. Biasanya pihak sekolah menghibur dengan cara memberikan permainan berupa outbond yang menguji ketangkasan, kemudian menambah jam olahraga, karena murid di sekolah ini sangat menyukai olahraga. Selain stres murid akan ujian kelulusan, stres juga dapat menghampiri siswa yang baru masuk sekolah dasar. Biasanya masalah yang dihadapi adalah peserta didik belum berani sendiri, sehingga orangtua masih menemani peserta didik saat berada di ruang kelas.Stres yang dihadapi guru saat anak baru masuk sekolah dasar adalah peserta didik belum mampu mempelajari materi dengan baik dan cepat, sehingga guru sedikit kesulitan.
9
Di SDN Kotalama tidak ada konseling, akan tetapi semua guru berperan sebagai konseling baik untuk para peserta didik maupun sesama guru, kepala sekolah juga berperan sebagai konseling bagi guru maupun tenaga admistrasi sekolah. Di tiap sekolah pasti ada beberapa peserta didik yang nakalnya tidak mampu diatasi, di sinilah guru berperan, apabila guru tidak mengatasi langsung diserahkan kepada guru agama, juika tidak juga teratasi maka diserahkan langsung pada kepala sekolah.
Baik kepala sekolah maupun guru saling membantu untukmenciptakan lingkungan sekolah yang ramah kepada siapapun, baik sesama guru maupun pada peserta didik dan orangtua.Melatih kesabaran guru agar tidak terlalu mudah terpancing emosi saat peserta didik mulai tidak bisa diatur, kemudian memberikan fasilitas yang menunjang prose belajar murid dan menunjang semua pekerjaan guru. Kepala sekolah juga memberikan penghargaan pada guru maupun siswa yang berprestasi sebagai bentuk menghargai satu sama lain. Di SDN Kotalama 4 juga menerapkan sikap saling menghormati, menghargai, serta tolong menolong satu sama lain, belajar terbuka dan saling menerima pendapat satu sama lain. Hal itu dilakukan agar tercipta lingkungan kerja yang nyaman dan harmonis, peserta didik tidak merasa terbebani akan ketentraman lingkungan sekolahnya dan dapat mendapatkan ilmu dengan baik.












BAB III
PENUTUP
3.1 kesimulan
Dari beberapa uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang dimana ia terpaksa memberikan tanggapan melebihi kemampuan penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan eksternal (lingkungan). Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri para pemimpin dalam dunia pendidikan berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Sehingga hasil akhir yang seharusnya dicapai. Oleh karena itu para pemimpin dalam dunia pendidika harus cerdik dalam memilih cara-cara atau teknik-teknik khusus yang cocok untuk diterapkan dalam untuk memanajemen stress dalam dirinya


















10
 
DAFTAR RUJUKAN
http://eprints.uny.ac.id/9184/1/BAB%20I.pdf
https%3A%2F%2Fliadwikristanti.files.wordpress.com%2F2013%2F04%2Fstress-kerja.doc&ei=l3jPVM6sIcHc8AWSvoGgCg&usg=AFQjCNGwYJprGzweydXWzb-uptVl9d5izQ&sig2=C-ccyMpBam_Ju50k-zGKfA&bvm=bv.85076809,d.dGc
11
file:///E:/flash/Chapter%20II.pdf

1 komentar:

selamat datang